Kurangi ego diri. Sebab tanpa kemauan untuk kompromi, pernikahan yang bahagia itu hanya fiksi
Pokoknya kalau mau A harus A! Nggak bisa yang lain! Yah, selama sikap masih seperti ini, sebaiknya singkirkan dulu niat menikah untuk nanti-nanti karena kamu belum siap sama sekali. Meski bukan anak pertama dengan anak ketiga, sifat seperti ini bisa jadi pintu prahara. Sebab pernikahan adalah soal kompromi. Ego yang keras dan tinggi harus diturunkan sedikit, supaya bisa jalan beriringan dengan orang lain.
Fakta Anak Ketiga Haus Perhatian
Anak ketiga yang haus perhatian seringkali memiliki sifat yang perhatian, eksentrik, dan mencari perhatian. Mereka cenderung memiliki perilaku unik untuk menarik perhatian orang di sekitar mereka. Mereka juga cenderung melakukan hal-hal lucu dan aneh karena mereka ingin menjadi pusat perhatian.
Perilaku ini dapat mempengaruhi dinamika keluarga karena anak ketiga sering kali menjadi pusat perhatian dan bisa memicu rasa cemburu dari saudara-saudaranya. Mereka juga dapat menjadi sumber hiburan dan keceriaan di keluarga, namun juga bisa mengalihkan perhatian dari masalah atau konflik yang ada di dalam keluarga.
Sikap jahil pada anak ketiga dapat diatasi dengan memberikan perhatian yang cukup. Anak ketiga cenderung mencari perhatian lebih karena seringkali merasa terpinggirkan di antara kakak dan adik. Mendengarkan cerita mereka atau meluangkan waktu bermain bersama dapat membantu mereka merasa dihargai dan diperhatikan.
Mitos Anak Pertama dan Ketiga, Berikut Penjelasannya
Mitos seputar anak pertama dan anak ketiga sering kali menciptakan stereotip dan harapan tertentu terhadap kepribadian dan peran mereka dalam keluarga.
Mitos seputar anak pertama dan anak ketiga sering kali menciptakan stereotip dan harapan tertentu terhadap kepribadian dan peran mereka dalam keluarga.
Mitos seputar anak pertama dan anak ketiga sering kali menciptakan stereotip dan harapan tertentu terhadap kepribadian dan peran mereka dalam keluarga.
Anak pertama sering dianggap sebagai pionir dalam sebuah keluarga, ditempatkan dengan ekspektasi yang tinggi untuk menjadi teladan dan bertanggung jawab terhadap adik-adiknya.
Mitos ini seringkali menggambarkan anak pertama sebagai sosok yang perfeksionis, mandiri, dan berkepemimpinan, yang kadang-kadang dapat menciptakan beban lebih pada mereka. Di sisi lain, anak ketiga sering kali diasosiasikan dengan kreativitas, kebebasan, dan kepribadian yang lebih fleksibel. Mitos ini menciptakan ekspektasi bahwa anak ketiga dapat membawa semangat keceriaan dan inovasi ke dalam keluarga. Berikut mitos anak pertama dan anak ketiga yang merdeka.com lansir dari berbagai sumber:
Saat perbedaan karakter itu sudah membuat lelah dan marah, ingat saja tujuan awal dari hubungan itu apa
Perbedaan yang besar membuat lelah dan terkadang marah, itu wajar. Apalagi jika sedang berada di momen paling “selek”, rasanya semua yang dia bilang tak ada benarnya dan yang kamu lakukan pun keliru semua. Rasa ingin menyerah mungkin akan terlintas.
Namun ingat kembali tujuan dari hubungan ini apa. Ingat bahwa masalah itu pasti ada, dengan siapa pun kamu menjalani hubungan. Ingat kompromi, dan ingat untuk instrospeksi. Bersama ini, kalian sama-sama dalam proses pendewasaan diri, yang memang tak pernah berhenti.
Mungkin orang zaman dulu, punya pertimbangan sendiri mengapa anak pertama dilarang menikah dengan anak ketiga. Namun persoalan beda karakter ini kan tidak hanya dialami oleh pernikahan anak pertama dan anak ketiga.
Jika yang ditakuti adalah banyaknya permasalahan dalam hubungan, tentunya setiap hubungan pasti memiliki persoalan sendiri-sendiri. Selamat atau tidaknya dari persoalan ini, tergantung dari kemauan dan usaha masing-masing pihak untuk berkompromi sehingga hubungan bisa jalan dua arah.
Jadi, percaya kah kamu bahwa anak pertama dan anak ketiga tidak boleh menikah?
Urusan komunikasi itu tanggung jawab berdua. Perjuangannya juga harus setara
Dia cuek soal komunikasi. Jarang banget ngasih kabar kalau tidak ditanya terlebih dulu. Sementara kamu anaknya panikan. Dia tak ada kabar sebentar saja langsung kepikiran yang aneh-aneh. Permasalahan komunikasi ini adalah tanggung jawab berdua, karena hubungan harus dua arah. Karena itu, ada baiknya buat kesepakatan agar pola komunikasi bisa berjalan lancar. Sehingga tak ada yang merasa sedang berjuang sendirian.
Sesekali saling cobain hobi pasangan boleh juga. Biar kamu tahu apa yang membuatnya senang itu
Kamu suka weekend dengan bermalas-malasan di rumah, nonton TV, atau baca buku dan bersantai. Sementara dia senang berakhir pekan dengan olahraga. Tak ada salahnya dong sesekali kamu ikut berolahraga dengannya untuk mencari keringat tipis-tipis? Biar kamu tahu kenapa dia suka melakukan itu. Sebaliknya, sesekali jadwalkan akhir pekan dengan bersantai di rumah. Pesan pizza dan nonton Netflix sambil bercengkerama. Terdengar seru bukan?
Mitos Anak Pertama dan Ketiga, Berikut Penjelasannya
Fakta Anak Ketiga Berdasarkan Karakteristik
Anak ketiga sering perhatian, mereka sering merasa terpinggirkan karena sulit untuk menonjol di antara saudara-saudaranya. Mereka cenderung lebih kreatif, inovatif, dan memiliki sifat berani karena terbiasa bertarung untuk mendapatkan perhatian. Selain itu, ada beberapa fakta anak ketiga berdasarkan karakteristik:
Ceritakan apa yang kamu suka dan yang tak kamu suka. Membuat batasan yang tegas bukan berarti menjaga jarak, tapi belajar menghargai
Ketika bicara soal perbedaan karakter, mungkin ada banyak hal yang tak kamu suka darinya dan dan sebaliknya. Misalnya dia tak suka dengan sikap posesifmu, dan ada beberapa kata-katanya yang menyinggungmu. Saat hal ini terjadi, ungkapkan saja tak perlu dipendam. Perlu juga membuat batasan-batasan yang jelas, supaya tidak ada yang melangggar.
Bukankah meski menjalin hubungan, jarak ini harus tetap ada supaya bisa saling berdiri dan menatap satu sama lain? Dengan terbiasa mengomunikasikan apa yang disuka dan tidak disuka, justru akan membuat pasangan semakin mudah saling memahami. Kalau sudah saling memahami, problematika apa lagi sih yang tak bisa dihadapi? 🙂